Tentang Kita

Bobby Dustiansyah
2 min readJan 30, 2021

--

Photo by Mike Holford on Unsplash

Aku akan membangun sebuah rumah di tengah padang rumput yang jauh dari keramaian. Biar pagar-pagar rumah hanya pohon buah dan semak-semak berbentuk bundar seperti pipimu yang hendak tumpah dari secangkir jus apel.

Di bukit dekat rumah, tumbuh pohon sycamore yang jelas lebih tua dari usia cinta kita. Lebih kuat dari waktu. Ingin kutebang pohon itu karena akarnya lambat laun akan menghancurkan pondasi rumah. Namun, sore tadi kau membawa kayu ke dekat rimbun pohon, di atas dedaunan yang berserakan mengabdi menjadi bumi, kau tuang teh ke cangkir-cangkir dan menjelaskan bahwa kita hanyalah tamu. Hangatnya teh dan kalimatmu, menjadikanku sadar ini adalah tempat terbaik. Melihat padang hijau dan belantara hutan di ujung sana. Gunung sedang berpelukan, langit di atas rumah merona seperti sedangn berbalas puisi.

Aku akan menanam sayur dan buah di halaman belakang, agar kau tidak perlu repot-repot pergi mencari pasar.

Kita bisa mandi di sungai atau di bibir air terjun, bercermin di wajah telaga, berlari-lari dan menjadi anak-anak melewati hutan pinus, berjalan pelan melihat rusa sedang bermain. Hidup akan indah sekaligus sulit. Sungguh cinta adalah makhluk paling purba di alam semesta, maka ia akan mengajari kita melewati semuanya.

Senin aku akan berternak ayam. Besok kau tidur sendiri karena aku akan ke desa beli sapi. Juga kucing, katamu. Aku tidak akan lupa. Besok, besok, dan besok sampai kita lupa nama-nama hari. Seketika ayam sudah dua puluh dan kau sibuk tertawa acapkali memeras susu-susu sapi. Aku ingin memelihara singa tapi kau bersikeras melarang. Kau, malah memelihara kuda karena kau dulu bermimpi menjadi koboi.

Kita akan demam bergantian saat musim hujan datang, karena setiap hari kau selalu mengajakku bermain hujan-hujanan. Lalu saat malam aku akan putar lagu-lagu dengan lantang. Lihatlah ke lemari! Karena gaun-gaun cantik dan baju-baju dansa telah kukemas semua dari kota bersama budi si sapi. Kita akan berdansa semalaman. Open Arms Journey, Love Saigon Kick, atau Lovesong The Cure? Musik-musik lama benar abadi di kepala.

Dulu aku bercita-cita dapat menikmati bintang setiap hari, maka di halaman depan aku akan membuat pondok kecil tanpa atap. Aku akan tidur di lenganmu sembari menatap bintang-bintang. Kita akan lihat berapa banyak yang terjatuh dari langit-langit. Barangkali itu bidadari-bidadari yang cemburu membaca cerita cinta kita.

--

--

No responses yet