Surabaya
-ditulis ketika hendak selesai merantau di Surabaya.
Kepada rumah yang telah lama ku berpisah darinya. Tubuh ini telah lama menuntut pulang. Rindu telah tebal seperti baja juga bisa meledak seperti tank baja. Sebentar lagi pertemuan. Kantuk ini hanya bisa reda, di pelataran lenganmu.
Kepada kekasih, sudah hampir dua belas purnama tidak lagi kulihat wajahmu. Namun aroma buku-buku puisi seringkali semerbak leher jenjang itu. Sebelum tidur selalu berakhir kata-kata di pelukku. Ribuan huruf yang tak bisa menahan langkah kakimu.
Kepada ibu, sebuah rumah menjadi rumah. Tiada lagi yang sanggup menjadi sebuah umpama untuk mengatakan malam demi malam merindukanmu.
Kepada sebuah kota yang jauh di ufuk timur. Genap dua tahun sudah saya belajar berjalan kaki. Lebih sabar dan terbuka dari sebelumnya. Menapaki dua anak tangga menuju dewasa, atau kembali menjadi kanak-kanak. Tiada terima kasih sebab kau berjuta kali memberi pemahaman rasa saat tiada satupun kasih selain Yang Maha Kasih. Tersisa beberapa malam kebersamaan kita, jangan terlalu panas, ya.
April, 2019