Stars
Semalaman, seorang pria terpaku pada wajah wanita yang baru ia kenal.
perihal lucu pelafalan cara bicara dan senyumnya yang menawan.
Sungguh dalam lengkung bibir itu, ia ingin menjebak diri sendiri. Barangkali untuk alasan kerja kelompok, atau kemah sabtu minggu. Apa saja asal ibu tak khawatir ia menunda pulang dulu sementara.
Semalaman, seorang wanita masih mencari teman bicara. Ia ingin menanyakan apakah kali ini, keraguan akan membawanya pada patah hati yang mengulang-ngulang? Atau bisa ia cicipi setidaknya seperti apa menemu pulang?
Setelah libur yang panjang, selain hari pertama sekolah, itu adalah hari pertama dari ratusan hari setelahnya. Hari-hari bianglala berputar dan mereka memutuskan berhenti di puncak. Hari-hari kora-kora yang tak bisa mereka ucapkan dengan benar. Hari-hari komedi putar yang tak bisa membuat mereka berhenti tertawa. Hari-hari kereta luncur membuat jalur sendiri.
Mereka menuliskan jeda, memutuskan tinggal pada telapak tangan masing-masing. Setiap sudut kota yang asing meminta dieja pelan. beberapa lagu membawa ingatan menuju waktu yang lama. di antara bait-baitnya ada napas yang terhela panjang.
Satu, dua, bahkan sepuluh tahun-hanya halaman-halaman dari buku puisi yang malu-malu dan memutuskan untuk membentuk tubuhnya tipis. Halaman yang sedikit tapi membutuhkan waktu selamanya untuk dibaca.
semalaman, seorang pria mengurai kesempatan yang terlewatkan. Menyiapkan tempat bunuh diri pada ikal rambutnya. Barangkali ketika kesempatan itu datang dan pasti melewatkannya kembali, ia hapal bentuk simpul yang mengikat kepalanya kelak.
semalaman, seorang wanita sedang asik menyanyi dan bercengkrama di dunia maya. Besok mau makan di mana lagi ya? Pikirnya dalam hati.