Undangan Pertanyaan
di pertengahan tahun yang terkutuk, kau mengundangku untuk menuntaskan keinginan sederhana; rebah sembari menyaksikan puisi angkasa raya
waktu telah menunjukkan tengah malam, kita sibuk dalam diam masing-masing
adakah lebih indah dari tulisan Tuhan yang terbaca menjadi berjuta tafsir?
Bisakah kita menulis puisi di langit?
dari sayup matamu kulihat kau khusyuk membaca gelap yang membentang seakan hendak memeluk doa-doa kita
terkadang kita bisa melihat lebih jelas huru-hara dalam dada dengan memandangi langit malam—yang kosong juga riuh, yang sunyi juga bising
Kelak kita tahu hati juga halaman-halaman seperti Tuhan menciptakan langit yang berlapis-lapis
lalu salah satu dari kita bertanya,
di halaman berapa cemas terpelihara?
Apa luka adalah palung di tengah buku yang Tuhan pinjamkan?
Lantas mengapa kita semua sibuk menyembuhkan luka-luka?
Bandung
2020