Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi

Bobby Dustiansyah
2 min readSep 22, 2019

--

— Novel karya M Aan Mansyur

Dalam perjalanan waktu, cinta sungguh dapat melakukan apapun. Merubah lemah menjadi kuat, hidup menjadi mati, dan semangat menjadi lemas tak berdaya.

Jiwa adalah seorang lelaki yang belajar banyak dari kakek dan ayahnya. Barangkali ia ingin mengakhiri garis keturunan menjadi lelaki bangsat di keluarganya, sebab itu ia tidak menikah.

Wah lebih besar lagi! Bukan itu saja, hal terbesar mengapa Jiwa diselimuti kemalangan, karena cinta. Ia lebih betah tinggal di rumah kenangan. Menunggu Nanti yang mungkin keajaiban akan menghancurkan rumah tangganya agar kembali kepada Jiwa. Sembari menghitung mati yang sebentar lagi.

Terdapat banyak pelajaran dalam sebuah kisah. Terlebih lagi tentang cerita yang sangat klise—manis berujung tragis.

Jiwa menganggap dirinya terpenjara di balik rapi geligi Nanti yang kerap kali senyumnya meluluhlantahkan segala. Ia lebih senang memelihara masa lalu dalam kesepian. Menurut Jiwa, ia telah berdamai dengan sepi dan sendiri, namun terlihat sekali bagaimana penuturan kata dalam kisah yang ia tulis, sungguh itu hanya untuk menghibur luka semata.

Ditinggal menikah oleh seorang yang sangat dicintai memang sangat sakit. Dalam cerita, Jiwa sampai trauma oleh sebuah pesta pernikahan dan segala yang ramai-ramai. Lalu secara bersamaan ia memutuskan untuk tidak menikah. Sementara di jauh sana Ibu sudah sakit-sakitan meminta Jiwa agar mencari seorang yang bisa ia pinang. "Ibu ingin menggendong cucu," begitu katanya. Tapi bagaimana lagi, cinta terlalu indah dan kejam secara bersamaan.

Jiwa yang malang mungkin terdengar oleh Tuhan isak doanya. Akhirnya Nanti cerai dan beberapa setelahnya mereka bertemu untuk saling memaafkan dan mengharapkan. Jiwa melamar Nanti. Namun Tuhan memang Yang Maha Perencana. Jiwa mati karena sakit jantungnya tiga hari setelah membicarakan acara pernikahan yang akan ia laksanakan bersama Nanti.

Cinta memang hal yang serius, kita hanya sering terjebak dalam ego masing-masing. Keputusan tanpa ditimbang. Cinta adalah kisah indah dalam satu sudut pandang, karena mungkin di sisi yang lain hal itu terjadi sangat kejam secara bersamaan.

Cintai apa yang kamu miliki hari ini dan yang akan datang. Berdamailah dengan masa lalu. Apa yang terjadi kemarin, membuat kita kuat hari ini. Semangat, ya!

--

--

No responses yet