Di Bawah Lidah
Di bawah lidah yang hujan tak pernah berhenti
Air mata mengusap cemas
Meredakan ombak di degup yang bisa kapan saja menyerah
Dan kita hanya menulis puisi, bercakap sampai pagi, memanen apel, membersihkan kandang kuda,
dan duduk menunggu malam.
Sedang di bawah lidah, ingatan akan mimpi burukmu terus menanti.
Aku ingin jatuh cinta tiap hari, tapi semua hal yang menyenangkan lambat laun bagimu akan menjadi
hantu
Pucat bibir bekas kecupan, cangkir-cangkir tak terpakai, api unggun tanpa percakapan, atau bintang
tanpa lagu-lagu sumbang.
Sungguh menyebalkan kau akan mabuk sendirian
Sementara keberadaanku entah di mana.
Di bawah lidah kau pernah berkemah
Menjaga lelapku agar tetap bangun esok pagi
Agar kotak-kotak teh habis tepat waktu
Dan gitar tidak berdebu.
Bandung, 2020